Pengalaman pribadi tentang
mengendalikan diri ketika emosi
Nama saya Muhammad yaasiin,saya lahir di bogor 5 desember
1994, saya sedang berkuliah di semester 8 di universitas gunadarma jurusan
teknik informatika
Saya akan menceritakan pengalaman pribadi saya ketika
mengendalikan emosi sejak saya kecil dulu
Pada waktu TK (taman
kanak –kanan ) saya kurang begitu paham tentang emosi, yang saya tahu dahulu,
jika keinginan saya tidak dipenuhi saya akan marah dan menangis.
Pada masa SD(sekolah dasar) di SDN CIBINONG 2 .saya mulai
mengerti arti emosi, emosi itu ketika ada hal yang berjalan tidak sesuai dengan
keinginan kita, terkadang hal tersebut akan baik baik saja meski tidak berjalan
sesuai keinginan, namun yang jadi masalah ketika hal tersebut malah bertentangan
dengan keinginan kita, disitulah hal yang akan menyebabkan kita emosi dan marah.
Lalu bagai mana cara mengendalikan nya, kitaka SD saya blom begitu paham
mengendalikan emosi, jadi ketika ada hal yang tidak berjalan sesuai keinginan,
saya akan berusaha keras agar hal tersebut berjalan sesuai dengan keinginan,
bahkan saya menyelesaikan nya dengan kekerasan, tapi tidak semua hal yang
membuat emosi di selesaikan dengan kekerasan, kadang bisa dengan berdiskusi. Terkadang
ketika saya emosi saya sering bercerita ke ayah atau pun ibu, mereka
mendengarkan cerita saya meski terkadang seolah olah mereka tidak peduli dengan
cerita saya.
Pada saat saya masuk SMP(Sekolah menengah pertama) di SMPi
al-mukhlishin saya sekolah jauh dari rumah, jauh dari orang tua dan keluarga,
saya sekolah dan bertempat tinggal di pondok pesantren AL-Mukhlishin ,pada saat
itu ketika saya emosi saya kebingungan , bagaimana mengatasinya, ketika mulai
masuk kelas satu, banyak senior senior atau kaka kelas yang melakukan pembulian
di sekolah ataupun asrama, bahakn saya sering dihukum karna telat datang ke
masjid atau bahkan telat untuk datang mengaji rutin, hukuman yang saya terima
adalah hukuman fisik, saya berfikir untuk mengadukan hal tersebut ke orang tua
saya, karna disitu saya sangat emosi sekali, hanya telat beberapa detik, saya
dipukul menggunakan bambu di bagian paha, sesampainya saya di masjid dan
setelah dihukum saya sangat emosi, lalu saya mengambil air untuk wudhu sebelum
melaksanankan rutinitas shalat berjamaah atau rutinitas mengaji, disitu setelah
saya mengambil air wudhu saya merasa sangat tenang, entah kenapa emosi saya
merasa berkurang, dan saya merasa meskipun paha masih terasa sakit, tapi itu
memang kesalahan saya, karna saya telat untuk dating ke masjid, jadi saya
pantas mendapatkan nya, dan saya rasa tidak penting untuk melaporkan hal
tersebut ke orang tua saya, bahkan saya berfikir jika orang tua saya tau, saya
akan menerima hukuman yang lebih parah ,jadi lebih baik saya diam dan lanjut
untuk rutinitas saya.
Semenjak kejadian tersebut, saya berfikir secara spontan,
apakah karna saya mengambil air udhu emosi saya akan berkurang atau bahakan
menghilang?lalu ada kejadian disaat teman teman smp saya memusuhi saya hanya
karna mereka tidak diberikan contekan ketika ujian,saya di olok olok bahakan
saya dipukuli ketika itu, saya mau melawan, tapi saya sadar mereka sangat
banyak, lalu saat itu saya merasa kesal sekali dan emosi sekali, lalu saya
teringat kejadian di masjid, saya mencoba mengambil air wudhu untu sholat
dzuhur, ternyata emosi saya menurun,tetapi saya tetap merasa kesal, karna itu
bukan ganjaran yang seharusnya saya dapatkan karna kesalahan saya, saya
berfikir klo saya tidak salah, karna tidak memberikan contekan, lalu saya
sholat dzuhur, setelah sholat, entah kenapa saya merasa sudah berkurang sangat
banyak emosi saya, seolah olah saya sudah melupakan semua masalah yang ada,
meski masih bias merasakan rasa sakit larna dipukuli
Pada saat SMA(sekolah menengah atas) di MAN 1 BOGOR saya
bertem teman teman yang menakjubkan, di sana bahkan saya mengetahui kenapa dulu
ketika saya emosi lalu saya berwudgu dan sholat seketika emosi berkurang, salah
seorang guru saya pernah menjelaskan sebuah hadis atau ayat alquran, saya sudah
lupa, yang intinya ketika emosi atau marah, ambilah air wudhu, lalu jika masih
emosi maka sholat lah, dan ketika sholat masih blom bias meredam emosi,
berbaringlah(kalo yang saya pahami, tidur saja).
Jadi pada masa SMA saya
selalu berwudhu dan sholat ketika emosi, jika masih tetap emosi, maka saya
harus tidur untuk melupakan emosi saya, hal tersebut mulai saya terapkan
semenjak SMA hingga sekarang saya berkuliah di semester 8 universitas
gunadarma.
Silahkan salin/pasang embed link di bawah ini bila Anda ingin memasangnya di situs yang Anda inginkan: