Suku Asmat adalah sebuah suku
di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran
kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di
pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian
pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi
pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang
berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai.
Suku Asmat review
Suku Asmat adalah nama dari sebuah suku terbesar dan paling terkenal
diantara sekian banyak suku yang ada di Papua, Irian Jaya, Indonesia. Salah
satu hal yang membuat suku asmat cukup dikenal adalah hasil ukiran kayu
tradisional yang sangat khas. Beberapa ornamen / motif yang seringkali
digunakan dan menjadi tema utama dalam proses pemahatan patung yang dilakukan
oleh penduduk suku asmat adalah mengambil tema nenek moyang dari suku mereka,
yang biasa disebut mbis. Namun tak berhenti sampai disitu, seringkali juga
ditemui ornamen / motif lain yang menyerupai perahu atau wuramon, yang mereka
percayai sebagai simbol perahu arwah yang membawa nenek moyang mereka di alam
kematian. Bagi penduduk asli suku asmat, seni ukir kayu lebih merupakan sebuah
perwujudan dari cara mereka dalam melakukan ritual untuk mengenang arwah para
leluhurnya.
Keagamaan
Masyarakat Suku Asmat beragama Katolik,Protestan,dan Animisme yakni suatu ajaran dan praktek
keseimbangan alam dan penyembahan kepada roh orang mati atau patung. Bagi Suku Asmat ulat sagu
merupakan bagian penting dari ritual mereka.Setiap ritual ini diadakan,dapat dipastikan,kalau banyak sekali
ulat yang dipergunakan.
Kepercayaan Dasar
Adat istiadat suku Asmat mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal dari dunia mistik atau gaib yang
lokasinya berada di mana mentari tenggelam setiap sore hari. Mereka yakin bila nenek moyangnya pada
jaman dulu melakukan pendaratan di bumi di daerah pegunungan. Selain itu orang suku Asmat juga percaya
bila di wilayahnya terdapat tiga macam roh yang masing-masing mempunyai sifat baik, jahat dan yang jahat
namun mati. Berdasarkan mitologi masyarakat Asmat berdiam di Teluk Flamingo, dewa itu bernama
Fumuripitis. Orang Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal manusia juga diam berbagai macam roh
yang mereka bagi dalam 3 golongan.
- Yi – ow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya.
- Osbopan atau roh jahat dianggap penghuni beberapa jenis tertentu.
- Dambin – Ow atau roh jahat yang mati konyol.
Kehidupan orang Asmat banyak diisi oleh upacara-upacara. Upacara besar menyangkut seluruh komuniti
desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan roh nenek moyang seperti berikut ini :
- Mbismbu (pembuat tiang)
- Yentpokmbu (pembuatan dan pengukuhan rumah yew)
- Tsyimbu (pembuatan dan pengukuhan perahu lesung)
- Yamasy pokumbu (upacara perisai)
- Mbipokumbu (Upacara Topeng)
Suku ini percaya bahwa sebelum memasuki surga, arwah orang yang sudah meninggal akan mengganggu
manusia. Gangguan bisa berupa penyakit, bencana, bahkan peperangan. Maka, demi menyelamatkan
manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup membuat patung dan menggelar pesta seperti pesta
patung bis (Bioskokombi), pesta topeng, pesta perahu, dan pesta ulat-ulat sagu.
Mata Pencaharian
Orang-orang Asmat merasa dirinya bagian dari alam. Karena itulah mereka sangat menghormati dan menjaga alam sekitarnya bahkan, pohon di sekitar tempat hidup mereka dianggap menjadi gambaran dirinya. Batang pohon menggambarkan tangan. Buah menggambarkan kepala. Akar menggambarkan kaki.
Sehari-hari orang Asmat bekerja di lingkungan sekitarnya, terutama untuk mencari makan. Anak-anak harus membantu orangtuanya. Mereka mencari umbi, udang, kerang, kepiting, dan belalang untuk dimakan. Sementara itu para bapak menebang pohon sagu serta berburu binatang di hutan. Bahan makanan yang sudah terkumpul dimasak oleh para ibu. Selain punya tugas memasak, para ibu juga mempunyai tugas menjaring ikan di rawa-rawa.
Ukiran Kayu Suku Asmat
Karya ukir kayu khas Suku Asmat adalah salah satu kekayaan budaya nasional yang sudah memiliki nama bagi para turis asing. Karakteristik ukiran Suku Asmat mempunyai pola yang unik dan bersifat naturalis. Dari pola-pola itu terlihat kerumitan cara membuatnya sehingga membuat karya ukir mereka bernilai tinggi dan cukup banyak diminati para turis asing.
Dari segi model, ukiran Suku Asmat sangat beragam, mulai dari patung manusia, perahu, panel, perisai, tifa, telur kaswari, sampai ukiran tiang. Suku Asmat biasanya mengadopsi pengalaman dan lingkungan hidup sehari-hari sebagai pola ukiran mereka, seperti pohon, perahu, binatang, orang berperahu, dan lain-lain.
Masyarakat Asmat terdiri dari 12 sub etnis, dan masing-masing memiliki ciri khas pada karya seninya. Begitu juga dengan kayu yang digunakan, ada juga perbedaannya. Ada sub etnis yang menonjol ukiran patungnya, ada yang menonjol ukiran salawaku atau perisai, ada pula yang memiliki ukiran untuk hiasan dinding dan peralatan perang.
Yang paling istimewa dan unik adalah bahwa setiap karya ukir tidak memiliki kesamaan atau duplikatnya karena mereka tidak memproduksi ukiran berpola sama dalam skala besar. Jadi, kalau kita memiliki satu ukiran dari Asmat dengan pola tertentu, itu adalah satu-satunya yang ada karena orang Asmat tidak membuat pola sama dalam ukirannya. Bentuk boleh sama, misalnya perisai atau panel, tetapi soal pola pasti akan berbeda. Itulah keunikan ukiran Suku Asmat.
Mengenal Suku Asmat merupakan wahana tersendiri akan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Suku Asmat merupakan salah satu ikon budaya Indonesia yang menjadi nilai tersendiri untuk dikembangkan menjadi surga pariwisata di kawasan timur Indonesia. Suku Asmat memiliki ragam budaya dan seni pertunjukan yang luar biasa. Setiap wisatawan yang datang ke wilayah Suku Asmat pastilah akan disuguhkan suatu fenomena alami yang menyatu dengan lingkungan alamnya yang masih perawan. Sungguh suatu petualangan yang sulit untuk dilupakan.
Sehari-hari orang Asmat bekerja di lingkungan sekitarnya, terutama untuk mencari makan. Anak-anak harus membantu orangtuanya. Mereka mencari umbi, udang, kerang, kepiting, dan belalang untuk dimakan. Sementara itu para bapak menebang pohon sagu serta berburu binatang di hutan. Bahan makanan yang sudah terkumpul dimasak oleh para ibu. Selain punya tugas memasak, para ibu juga mempunyai tugas menjaring ikan di rawa-rawa.
Ukiran Kayu Suku Asmat
Karya ukir kayu khas Suku Asmat adalah salah satu kekayaan budaya nasional yang sudah memiliki nama bagi para turis asing. Karakteristik ukiran Suku Asmat mempunyai pola yang unik dan bersifat naturalis. Dari pola-pola itu terlihat kerumitan cara membuatnya sehingga membuat karya ukir mereka bernilai tinggi dan cukup banyak diminati para turis asing.
Dari segi model, ukiran Suku Asmat sangat beragam, mulai dari patung manusia, perahu, panel, perisai, tifa, telur kaswari, sampai ukiran tiang. Suku Asmat biasanya mengadopsi pengalaman dan lingkungan hidup sehari-hari sebagai pola ukiran mereka, seperti pohon, perahu, binatang, orang berperahu, dan lain-lain.
Masyarakat Asmat terdiri dari 12 sub etnis, dan masing-masing memiliki ciri khas pada karya seninya. Begitu juga dengan kayu yang digunakan, ada juga perbedaannya. Ada sub etnis yang menonjol ukiran patungnya, ada yang menonjol ukiran salawaku atau perisai, ada pula yang memiliki ukiran untuk hiasan dinding dan peralatan perang.
Yang paling istimewa dan unik adalah bahwa setiap karya ukir tidak memiliki kesamaan atau duplikatnya karena mereka tidak memproduksi ukiran berpola sama dalam skala besar. Jadi, kalau kita memiliki satu ukiran dari Asmat dengan pola tertentu, itu adalah satu-satunya yang ada karena orang Asmat tidak membuat pola sama dalam ukirannya. Bentuk boleh sama, misalnya perisai atau panel, tetapi soal pola pasti akan berbeda. Itulah keunikan ukiran Suku Asmat.
Mengenal Suku Asmat merupakan wahana tersendiri akan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Suku Asmat merupakan salah satu ikon budaya Indonesia yang menjadi nilai tersendiri untuk dikembangkan menjadi surga pariwisata di kawasan timur Indonesia. Suku Asmat memiliki ragam budaya dan seni pertunjukan yang luar biasa. Setiap wisatawan yang datang ke wilayah Suku Asmat pastilah akan disuguhkan suatu fenomena alami yang menyatu dengan lingkungan alamnya yang masih perawan. Sungguh suatu petualangan yang sulit untuk dilupakan.
TARIAN DAERAH
Tarian perang atau Tari Tarian perang atau Tari Tobe adalah tarian tradisional Suku ASMAT, tarian perang/tari tobe sering digunakan apabila ada upacara-upacara adat tertentu.Dahulu tari Tobe dilakukan ketika kepala suku memerintahkan rakyat untuk pergi berperang.Kini tarian perang menjadi tari resmi penyambutan tamu.Tarian ini dilakukan oleh 16 penari laki-laki dan 2 penari perempuan.Mereka menari dengan iringan tifa dan lantunan lagu-lagu perang pembangkit semangat.
Tari ini memang dimaksudkan untuk mengobarkan semangat para prajurit.Penari biasanya mengenakan busana tradisional dengan manik-manik penghias dada, rok terbuat dari akar bahar, dan daun-daun yang disisipkan pada tubuh. Pakaian penari merupakan salah satu bukti kecintaan masyarakat Papua pada alam.
Tari ini memang dimaksudkan untuk mengobarkan semangat para prajurit.Penari biasanya mengenakan busana tradisional dengan manik-manik penghias dada, rok terbuat dari akar bahar, dan daun-daun yang disisipkan pada tubuh. Pakaian penari merupakan salah satu bukti kecintaan masyarakat Papua pada alam.
Makanan Pokok
Makanan Pokok orang Asmat adalah sagu,hampir setiap hari mereka makan sagu yang dibuat jadi bulatan-bulatan yang dibakar dalam bara api.Kegemaran lain adalah makan ulat sagu yang hidup dibatang pohon sagu,biasanya ulat sagu dibungkus dengan daun nipah,ditaburi sagu,dan dibakar dalam bara api.Selain itu sayuran dan ikan bakar dijadikan pelengkap. Namun demikian yang memprihatinkan adalah masalah sumber air bersih.Air tanah sulit didapat karena wilayah mereka merupakan tanah berawa.Terpaksa menggunakan air hujan dan air rawa sebagai air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Sistem Teknologi
Sistem teknologi dari suatu suku bangsa ataumasyarakat masih sederhana, karena dilihat dari dasar-dasar, bahan-bahan, carapembuatan dan tujuan pemberian. Peralatan hidup terdiri dari :
a Alat produksi
Berdasarkan macam bahan mentahnya maka berupaalat-alat batu, tukang, kayu, bambu dan logam. Menurut K.T Oakley dalam budayaberjudul ”Man The Tool Maker”, teknik pembuatan alat-alat batu adalah dengan :pemukulan (Percussion Hacking), penekanan (Presure Feaking), pemecahan(Chipping) dan penggilingan (Glinding). Alat-alat produksi dalam masyarakattradisional dibedakan menurut fungsi dan lapangan pekerjaannya. Berdasarkanfungsinya, alat-alat produksi berupa alat potong, alat tusuk, alat menyalakanapi, alat pukul dan sebagainya. Berdasarkan lapangan pekerjaannya, alat-alatproduksi berupa alat ikat, alat tenun, alat pertanian, alat menangkap ikan, dansebagainya.
b Senjata
Senjata dalam kebudayaan tradisional dibedakannmenurut fungsi dan pemakaiannya. Menurut fungsinya dapat berupa alat potong,alat tusuk, senjata lepas. Sedang menurut pemakaiannya senjata digunakan untukberburu, berperang dan sebaginya.
c Wadah
Dalam budaya masyarakat tradisional, wadahdigunakan untuk menyimpan, emnimbun dan membawa barang. Berdasarkan bahanmentahnya wadah tersebut terbuat dari kayu, bambu, kulit kayu, tempurung dantanah liat. Ada pula yang terbuat dari serat-serat seperti keranjang.
Selain tempat penyimpanan, wadah digunakan untukmemasak atau membawa barang (transportasi)
Kondisi Alam
Wilayah yang mereka tinggali sangat unik.Dataran coklat lembek yang
tertutup oleh jaring laba-laba sungai.Wilayah yang ditinggali Suku Asmat ini
telah menjadi Kabupaten sendiri dengan nama Kabupaten Asmat dengan 7 Kecamatan
atau Distrik.Hampir setiap hari hujan turun dengan curah 3000-4000
milimeter/tahun.Setiap hari juga pasang surut laut masuk kewilayah ini,sehingga
tidak mengherankan kalau permukaan tanah sangat lembek dan berlumpur.Jalan
hanya dibuat dari papan kayu yang ditumpuk diatas tanah yang lembek.Praktis
tidak semua kendaraan bermotor bisa lewat jalan ini.Orang yang berjalan harus
berhati-hati agar tidak terpeleset,terutama saat hujan.
Pertentangan
Ada banyak pertentangan di antara desa berbeda Asmat. Yang paling
mengerikan adalah cara yang dipakai Suku Asmat untuk membunuh musuhnya. Ketika
musuh dibunuh, mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan dibagikan
kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama. Mereka menyanyikan lagu kematian
dan memenggalkan kepalanya. Otaknya dibungkus daun sago yang dipanggang dan
dimakan. Namun hal ini sudah jarang terjadi bahkan hilang resmi dari ingatan.
Persebaran
Suku asmat tersebar dan mendiami wilayah disekitar pantai laut arafuru dan
pegunungan jayawijaya, dengan medan yang lumayan berat mengingat daerah yang
ditempati adalah hutan belantara, dalam kehidupan suku Asmat, batu yang biasa
kita lihat dijalanan ternyata sangat berharga bagi mereka. Bahkan, batu-batu
itu bisa dijadikan sebagai mas kawin. Semua itu disebabkan karena tempat
tinggal suku Asmat yang membetuk rawa-rawa sehingga sangat sulit menemukan
batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu,
dan sebagainya.
Kampung Asmat
Sekarang biasanya, kira-kira 100 sampai 1000 orang hidup di satu kampung.
Setiap kampung punya satu rumah Bujang dan banyak rumah keluarga. Rumah Bujang
dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan. Rumah keluarga dihuni oleh
dua sampai tiga keluarga, yang mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri. Hari
ini, ada kira-kira 70.000 orang Asmat hidup di Indonesia. Mayoritas anak-anak
Asmat sedang bersekolah.
Ciri Fisik
Penduduk Asmat pada umumnya memiliki ciri fisik yang khas,berkulit hitam
dan berambut keriting. Tubuhnya cukup tinggi. Rata-rata tinggi badan orang
Asmat wanita sekitar 162cm dan tinggi badan laki-laki mencapai 172cm.
Pola Hidup
Satu hal yang patut ditiru dari pola hidup penduduk asli suku asmat,mereka
merasa dirinya adalah bagian dari alam, oleh karena itulah mereka sangat
menghormati dan menjaga alam sekitarnya, bahkan, pohon disekitar tempat hidup
mereka dianggap menjadi gambaran dirinya. Batang pohon menggambarkan tangan, buah
menggambarkan kepala, dan akar menggambarkan kaki mereka
Cara Merias Diri
Suku asmat memiliki cara yang sangat sederhana untuk merias diri mereka.
mereka hanya membutuhkan tanah merah untuk menghasilkan warna merah. untuk
menghasilkan warna putih mereka membuatnya dari kulit kerang yang sudah
dihaluskan. sedangkan warnah hitam mereka hasilkan dari arang kayu yang dihaluskan.
cara menggunakan pun cukup simpel, hanya dengan mencampur bahan tersebut dengan
sedikit air, pewarna itu sudah bisa digunkan untuk mewarnai tubuh.
Ada istiadat suku asmat
Suku Asmat adalah suku yang menganut Animisme, sampai dengan masuknya para
Misionaris pembawa ajaran baru, maka mereka mulai mengenal agama lain selain
agam nenek-moyang. Dan kini, masyarakat suku ini telah menganut berbagai macam
agama, seperti Protestan, Khatolik bahkan Islam. Seperti masyarakat pada
umumnya, dalam menjalankan proses kehidupannya, masyarakat Suku Asmat pun,
melalui berbagai proses, yaitu :
·
Kehamilan, selama proses ini berlangsung, bakal generasi penerus dijaga
dengan baik agar dapat lahir dengan selamat dengan bantuan ibu kandung alau ibu
mertua.
·
Kelahiran, tak lama setelah si jabang bayi lahir dilaksanakan upacara
selamatan secara sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang menggunakan
Sembilu, alat yang terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Selanjutnya, diberi ASI
sampai berusia 2 tahun atau 3 tahun.
·
Pernikahan, proses ini berlaku bagi seorang baik pria maupun wanita yang
telah berusia 17 tahun dan dilakukan oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua
belah pihak mencapai kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli
wanita dengan mas kawinnya piring antik yang berdasarkan pada nilai uang
kesepakatan kapal perahu Johnson, bila ternyata ada kekurangan dalam penafsiran
harga perahu Johnson, maka pihak pria wajib melunasinya dan selama masa
pelunasan pihak pria dilarang melakukan tindakan aniaya walaupun sudah
diperbolehkan tinggal dalam satu atap.
·
Kematian, bila kepala suku atau kepala adat yang meninggal, maka jasadnya
disimpan dalam bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini, tetapi bila
masyarakat umum, jasadnya dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan iringan
nyanyian berbahasa Asmat dan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga
yang ditinggalkan.
Unik
Dalam memenuhi kebutuhan biologisnya, baik kaum pria maupun
wanita melakukannya di ladang atau
kebun, disaat prianya pulang dari berburu
dan wanitanya sedang berkerja di ladang. Selanjutnya, ada
peristiwa yang unik
lainnya dimana anak babi disusui oleh wanita suku ini hingga berumur 5 tahun.
Rumah Adat
Rumah merupakan tempat berlindung bagi manusia.Rumah tradisional menurut bahan mentahnya dibuat dari serat, jerami, kayu,bambu, kulit pohon .
Ada 3 (tiga) bentuk rumah, yaitu :
- Rumah setengah dibawah tanah (semisub-terranian dwelling)
- Rumah di atas tanah (surface dwellings)
- Rumah-rumah di atas tiang (Pile dwelling)
Roh-roh dan
Kekuatan Magis
Roh setan
Kehidupan orang-orang Asmat sangat terkait erat dengan alam
sekitarnya. Mereka memiliki kepercayaan bahawa alam ini didiami oleh roh-roh,
jin-jin, makhluk-makhluk halus, yang semuanya disebut dengan setan. Setan ini
digolongkan ke dalam 2 kategori :
1. Setan yang membahayakan hidup Setan yang membahayakan
hidup ini dipercaya oleh orang Asmat sebagai setan yang dapat mengancam nyawa
dan jiwa seseorang. Seperti setan perempuan hamil yang telah meninggal atau
setan yang hidup di pohon beringin, roh yang membawa penyakit dan bencana
(Osbopan).
2. Setan yang tidak membahayakan hidup Setan dalam kategori
ini dianggap oleh masyarakat Asmat sebagai setan yang tidak membahayakan nyawa
dan jiwa seseorang, hanya saja suka menakut-nakuti dan mengganggu saja. Selain
itu orang Asmat juga mengenal roh yang sifatnya baik terutama bagi
keturunannya., yaitu berasal dari roh nenek moyang yang disebut sebagai yi-ow
Kekuatan magis dan Ilmu sihir
Orang Asmat juga percaya akan adanya kekuatan-kekuatan magis
yang kebanyakan adalah dalam bentuk tabu. Banyak hal -hal yang pantang
dilakukan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, seperti dalam hal pengumpulan
bahan makanan seperti sagu, penangkapan ikan, dan pemburuan binatang.
Kekuatan magis ini juga dapat digunakan untuk menemukan
barang yang hilang, barang curian atau pun menunjukkan si pencuri barang
tersebut. Ada juga yang mempergunakan kekuatan magis ini untuk menguasai alam
dan mendatangkan angin, halilintar, hujan, dan topan.
Sumber Alam
dan Potensi Alam
Selain ikan,cucut,kepiting,udang,teripang,ikan
penyu,cumi-cumi,dan hewan lainnya yang melimpah
ruah.Daerah Asmat juga memiliki
sumber daya alam yang amat luar biasa,seperti :
rotan,kayu,gahar,kemiri,kulit masohi,kulit lawang,damar,dan kemenyan.
Wanita
Dalam Pandangan Suku Asmat
Simbolisasi perempuan dengan Flora & Fauna yang berharga
bagi masyarakat Asmat
(pohon/kayu,kuskus,anjing,burung kakatua dan nuri,serta
bakung),seperti kata Asmat diatas,menunjukkan
bagaimana sesungguhnya masyarakat
Asmat menempatkan perempuan yang sangat berharga bagi
mereka.Hal ini tersirat juga
dalam berbagai seni ukiran dan pahatan mereka.Namun dalam gegap gempitanya
serta kemasyuran pahatan dan ukiran Asmat.Tersembunyi suatu realita derita para
Ibu dan gadis Asmat yang
tak terdengar dari dunia luar.
Derita perempuan Asmat menjadi pelakon tunggal dalam
menghidupi suku tersebut.Setiap harinya mereka
harus menyediakan makanan untuk
suami dan anak-anaknya,mulai dari mencari ikan,udang,kepiting,dan
tembelo
sampai kepada mencari pohon sagu yang tua,menebang pohon sagu,menokok,membawa
sagu dari
hutan,memasak dan menyajikan.Setelah itu mencuci tempat makanan atau
tempat masak termaksud
mengambil air dari telaga atau sungai yang jernih untuk
keperluan minum keluarga.
Sementara itu kegiatan laki-laki Asmat sehari-harinya adalah
menikmati makanan yang disediakan
istrinya,mengisap tembakau,dan berjudi.Kadang
suami membuat rumah atau perahu,namun dengan batuan
istri.Ada pula suami yang
mau menemani istrinya mencari kayu bakar.Sayangnya mereka hanya benar-benar
menemani.Mendayung perahu,menebang kayu,dan membawanya pulang adalah tugas
istri.Suami yang cukup
berbaik hati akan membantu membawakan kapak istrinya.
Jika istri tidak menyiapkan permintaan suaminya seperti sagu
atau ikan,maka istri akan menjadi korban
luapan kemarahan.Jika mereka kalah
judi,maka istri pula yang akan dijadikan obyek kekesalan.Mereka
yang tinggal di
Agats,kini terbiasa pula untuk mabuk,mereka lebih rentan untuk
mengamuk,sehingga istripun
yang akan lebih banyak menerima tindak kekerasan.
Kadangkala laki-laki Asmat mengukir,jika mereka ingin tau
atau jika hendak menyelenggarakan
pesta.Ketika laki-laki mengukir,maka tugas
perempuan akan semakin bertambah.Perempuan harus terus
menyediakan sagu bakar
dan makanan lain yang diinginkan suami mereka agar dapat terus bertenaga untuk
mengukir.Semakin lama laki-laki mengukir,semakin banyak pula makanan yang harus
mereka sediakan.Hal
itu berarti akan semakin lelah perempuan Asmat,karena harus
memangur,meramah,dan mengolah sagu,dan
bahkan menjaring ikan,lebih tragisnya
lagi,jika ukiran itu dijual,maka uangnya hanya untuk suami yang
membuatnya,perempuan Asmat tidak menerima imbalan apapun untuk jerih payahnya
menyediakan
makanan. Padahal tanpa makanan itu,satu ukiranpun tidak akan
selesai dibuat.(Dewi Linggasari,2004,Yang
Perkasa Yang Tertindas. Potret Hidup
Perempuan Asmat.Yogyakarta : Bigraf Publishing,bekerjasama
dengan Yayasan
Adhikarya IKAPI dan The Fourt Foundation.Hal.22).
Bencana Yang Di
Waspadai
Bencana bagi Suku Asmat kurang lebih ada 3,yaitu ;
- Penyakit Malaria
- Buaya
- HIV/AIDS
Setelah virus HIV/AIDS marak di Asmat dan mulai merenggut
korban jiwa,semakin bertumpuk daftar
persoalan yang harus dihadapi PEMDA dan
seluruh masyarakat Asmat.Sebagai sebuah Kabupaten baru
yang tengah
sibuk-sibuknya melakukan pembenahan infrastruktur dan segala sesuatu yang
dibutuhkan dalam
rangka menyelenggarakan sebuah pemerintahan baru,dalam berbagi
aspek,berjangkitnya HIV/AIDS ini
merupakan sebuah pukulan telak yang bakal
menyedot dana,waktu,tenaga,dan pikiran dari segenap
komponen masyarakat
Asmat,instansi-instansi terkait dalam jajaran pemerintahan Kabupaten Asmat
khususnya dan sudah pasti butuh Pemerintah Pusat perlu segera mengambil
langkah-langkah
penanggulanggannya.
Mitologi
Dalam hal kepercayaan orang Asmat yakin bahwa mereka adalah
keturunan dewa yang turun dari dunia
gaib yang berada di seberang laut di
belakang ufuk, tempat matahari terbenam tiap hari. Menururt keyakinan
orang
Asmat, dewa nenek-moyang itu dulu mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh di
pegunungan.
Dalam perjalanannya turun ke hilir sampai ia tiba di tempat yang
kini didiami oleh orang Asmat hilir, ia
mengalami banyak petualangan. Dalam
mitologi orang Asmat yang berdiam di Teluk Flaminggo misalnya,
dewa itu namanya
Fumeripitsy. Ketika ia berjalan dari hulu sungau ke arah laut, ia diserang oleh
seekor
buaya raksasa. Perahu lesung yang ditumpanginya tenggelam. Dalam
perkelahian sengit yang terjadi, ia dapat
membunuh si buaya, tetapi ia sendiri
luka parah. Ia terbawa arus yang mendamparkannya di tepi sungai
Asewetsy, desa
Syuru sekarang. Untung ada seekor burung Flamingo yang merawatnya sampai ia
sembuh
kembali; kemudian ia membangun rumah yew dan mengukir dua patug yang
sangat indah serta membuat
sebuah genderang em, yang sangat kuat bunyinya.
Setelah ia selesai, ia mulai menari terus-menerus tanpa
henti, dan kekuatan
sakti yang keluar dari gerakannya itu memberi hidup pada kedua patung yang
diukirnya.
Tak lama kemudian mulailah patung-patung itu bergerak dan menari,
dan mereka kemudian menjadi
pasangan manusia yang pertama, yaitu nenek-moyang
orang Asmat.
Upacara Adat
Ritual/ Upacara suku Asmat yaitu :
Ritual Kematian
Orang Asmat tidak mengenal dalam hal mengubur mayat orang
yang telah meninggal. Bagi mereka, kematian
bukan hal yang alamiah. Bila
seseorang tidak mati dibunuh, maka mereka percaya bahwa orang tersebut
mati
karena suatu sihir hitam yang kena padanya. Bayi yang baru lahir yang kemudian
mati pun dianggap hal
yang biasa dan mereka tidak terlalu sedih karena mereka
percaya bahwa roh bayi itu ingin segera ke alam
roh-roh. Sebaliknya kematian
orang dewasa mendatangkan duka cita yang amat mendalam bagi masyarakat
Asmat.
Suku Asmat percaya bahwa kematian yang datang kecuali pada
usia yang terlalu tua atau terlalu muda,
adalah disebabkan oleh tindakan jahat,
baik dari kekuatan magis atau tindakan kekerasan. Kepercayaan
mereka
mengharuskan pembalasan dendam untuk korban yang sudah meninggal. Roh leluhur,
kepada siapa
mereka membaktikan diri, direpresentasikan dalam ukiran kayu
spektakuler di kano, tameng atau tiang kayu
yang berukir figur manusia. Sampai
pada akhir abad 20an, para pemuda Asmat memenuhi kewajiban dan
pengabdian
mereka terhadap sesama anggota, kepada leluhur dan sekaligus membuktikan
kejantanan
dengan membawa kepala musuh mereka, sementara bagian badannya di
tawarkan untuk dimakan anggota
keluarga yang lain di desa tersebut.
Apabila ada orang tua yang sakit, maka keluarga terdekat
berkumpul mendekati si sakit sambil menangis
sebab mereka percaya ajal akan
menjemputnya. Tidak ada usaha-usaha untuk mengobati atau memberi
makan kepada
si sakit. Keluarga terdekat si sakit tidak berani mendekatinya karena mereka
percaya si sakit
akan ´membawa´ salah seorang dari yang dicintainya untuk
menemani. Di sisi rumah dimana si sakit
dibaringkan, dibuatkan semacam pagar
dari dahan pohon nipah. Ketika diketahui bahwa si sakit meninggal
maka ratapan
dan tangisan menjadi-jadi. Keluarga yang ditinggalkan segera berebut memeluk
sis akit dan
keluar rumah mengguling-gulingkan tubuhnya di lumpur. Sementara
itu, orang-orang di sekitar rumah
kematian telah menutup semua lubang dan jalan
masuk (kecuali jalan masuk utama) dengan maksud
menghalang-halangi masuknya
roh-roh jahat yang berkeliaran pada saat menjelang kematian. Orang-orang
Asmat
menunjukkan kesedihan dengan cara menangis setiap hari sampai berbulan-bulan,
melumuri tubuhnya
dengan lumpur dan mencukur habis rambutnya. Yang sudah
menikah berjanji tidak akan menikah lagi (meski
nantinya juga akan menikah
lagi) dan menutupi kepala dan wajahnya dengan topi agar tidak menarik bagi
orang lain.
Mayat orang yang telah meninggal biasa diletakkan di atas
para (anyaman bambu), yang telah disediakan di luar kampung dan dibiarkan
sampai busuk. Kelak, tulang belulangnya dikumpulkan dan disipan di atas
pokok-pokok kayu. Tengkorak kepala diambil dan dipergunakan sebagai bantal
petanda cinta kasih pada yang meninggal. Orang Asmat percaya bahwa roh-roh
orang yang telah meninggal tersebut (bi) masih tetap berada di dalam kampung,
terutama kalau orang itu diwujudkan dalam bentuk patung mbis, yaitu patung kayu
yangtingginya 5-8 meter. Cara lain yaitu dengan meletakkan jenazah di perahu
lesung panjang dengan perbekalan seperti sagu dan ulat sagu untuk kemudian
dilepas di sungai dan seterusnya terbawa arus ke laut menuju peristirahatan
terakhir roh-roh.
Saat ini, dengan masuknya pengaruh dari luar, orang Asmat
telah mengubur jenazah dan beberapa barang milik pribadi yang meninggal.
Umumnya, jenazah laki-laki dikubur tanpa menggunakan pakaian, sedangkan jenazah
wanita dikubur dengan menggunakan pakaian. Orang Asmat juga tidak memiliki
pemakaman umum, maka jenazah biasanya dikubur di hutan, di pinngir sungai atau
semak-semak tanpa nisan. Dimana pun jenazah itu dikubur, keluarga tetap dapat
menemukan kuburannya.
Ritual Pembuatan dan Pengukuhan Perahu Lesung
Setiap 5 tahun sekali, masyarakat Asmat membuat
perahu-perahu baru.Dalam proses pembuatan prahu hingga selesai, ada berapa hal
yang perlu diperhatikan. Setelah pohon dipilih, ditebang, dikupas kulitnya dan
diruncingkan kedua ujungnya, batang itu telah siap untuk diangkut ke pembuatan
perahu. Sementara itu, tempat pegangan untuk menahan tali penarik dan tali
kendali sudah dipersiapkan. Pantangan yang harus diperhatikan saat mengerjakan
itu semua adalah tidak boleh membuat banyak bunyi-bunyian di sekitar tempa itu.
Masyarakat Asmat percaya bahwa jika batang kayu itu diinjak sebelum ditarik ke
air, maka batang itu akan bertambah berat sehingga tidak dapat dipindahkan.
Untuk menarik batang kayu, si pemilik perahu meminta bantuan
kepada kerabatnya. Sebagian kecil akan mengemudi kayu di belakang dan
selebihnya menarik kayu itu. Sebelumnya diadakan suatu upacara khusus yang
dipimpin oleh seorang tua yang berpengaruh dalam masyarakat. Maksudnya adalah
agar perahu itu nantinya akan berjalan seimbang dan lancar.
Perahu pun dicat dengan warna putih di bagian dalam dan di
bagian luar berwarna merah berseling putih. Perahu juga diberi ukiran yang
berbentuk keluarga yang telah meninggal atau berbentuk burung dan binatang
lainnya.Setelah dicat, perahu dihias dengan daun sagu. Sebelum dipergunakan,
semua perahu diresmikan terlebih dahulu. Para pemilik perahu baru bersama dengan
perahu masing-masing berkumpul di rumah orang yang paling berpengaruh di
kampung tempat diadakannya pesta sambil mendengarkan nyanyi -nyanyian dan
penabuhan tifa. Kemudian kembali ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan
diri dalam perlombaan perahu. Para pendayung menghias diri dengan cat berwarna
putih dan merah disertai bulu-bulu burung. Kaum anak-anak dan wanita
bersorak-sorai memberikan semangat dan memeriahkan suasana. Namun, ada juga
yang menangis mengenang saudaranya yang telah meninggal.
Dulu, pembuatan perahu dilaksanakan dalam rangka persiapan
suatu penyerangan dan pengayauan kepala. Bila telah selesai, perahu -perahu ini
dicoba menuju tempat musuh dengan maksud memanas -manasi mereka dan memancing
suasana musuh agar siap berperang. Sekarang, penggunaan perahu lebih terarahkan
untuk pengangkutan bahan makanan.
Upacara Bis
Upacara bis merupakan salah satu kejadian penting di dalam
kehidupan suku Asmat sebab berhubungan dengan pengukiran patung leluhur (bis)
apabila ada permintaan dalam suatu keluarga. Dulu, upacara bis ini diadakan
untuk memperingati anggota keluarga yang telah mati terbunuh, dan kematian itu
harus segera dibalas dengan membunuh anggota keluarga dari pihak yang membunuh.
Untuk membuat patung leleuhur atau saudara yang telah meninggal
diperlukan kurang lebih 6-8 minggu. Pengukiran patung dikerjakan di dalam rumah
panjang (bujang) dan selama pembuatan patung berlangsung, kaum wanita tidak
diperbolehkan memasuki rumah tersebut. Dalam masa-masa pembuatan patung bis,
biasanya terjadi tukar-menukar istri yang disebut dengan papis. Tindakan ini
bermaksud untuk mempererat hubungan persahabatan yang sangat diperlukan pada
saat tertentu, seperti peperangan. Pemilihan pasangan terjadi pada waktu
upacara perang-perangan antara wanita dan pria yang diadakan tiap sore.
Upacara perang-perangan ini bermaksud untuk mengusir roh-roh
jahat dan pada waktu ini, wanita berkesempatan untuk memukul pria yang
dibencinya atau pernah menyakiti hatinya. Sekarang ini, karena peperangan antar
clan sudah tidak ada lagi, maka upacara bis ini baru dilakukan bila terjadi
mala petaka di kampung atau apabila hasil pengumpulan bahan makanan tidak
mencukupi. Menurut kepercayaan, hal ini disebabkan roh-roh keluarga yang telah
meninggal yang belum diantar ketempat perisitirahatan terakhir, yaitu sebuah
pulau di muara sungai Sirets.
Patung bis menggambarkna rupa dari anggota keluarga yang
telah meninggal. Yang satu berdiri di atas bahu yang lain bersusun dan paling
utama berada di puncak bis. Setelah itu diberikan warna dan diberikan
hiasan-hiasan.Usai didandani, patung bis ini diletakkan di atas suatu panggung
yang dibangun dirumah panjang. Pada saat itu, keluarga yang ditinggalkan akan
mengatakan bahwa pembalasan dendam telah dilaksanakan dan mereka mengharapkan
agar roh-roh yang telah meninggal itu berangkat ke pulau Sirets dengan tenang.
Mereka juga memohon agar keluarga yang ditinggalkan tidak diganggu dan
diberikan kesuburan. Biasanya, patung bis ini kemudian ditaruh dan ditegakkan
di daerah sagu hingga rusak.
Upacara pengukuhan dan pembuatan rumah bujang (yentpokmbu)
Orang-orang Asmat mempunyai 2 tipe rumah, yaitu rumah
keluarga dan rumah bujang (je). Rumah bujang inilah yang amat penting bagi
orang-orang Asmat. Rumah bujang ini dinamakan sesuai nama marga (keluarga)
pemiliknya.
Rumah bujang merupakan pusat kegiatan baik yang bersifat
religius maupun yang bersifat nonreligius. Suatu keluarga dapat tinggal di
sana, namun apabila ada suatu penyerangan yang akan direncanakan atau
upacara-upacara tertentu, wanita dan anak-anak dilarang masuk. Orang-orang
Asmat melakukan upacara khusus untuk rumah bujang yang baru, yang dihadiri oleh
keluarga dan kerabat. Pembuatan rumah bujang juga diikuti oleh beberapa orang
dan upacara dilakukan dengan tari-tarian dan penabuhan tifa.
Alat – alat transportasi
Alat-alat transportasi dengan segala jenis danbentuknya merupakan unsur kebudayan. Sejak zaman purba, manusia telahmengembangkan alat transportasi, walaupun sifatnya masih sederhana. Padamasyarakat tradisional, alat-alat transportasi terpenting adalah rakit/sampan, perahu,kereta beroda, alat seret dan binatang. Sejak dulu manusia telah menggunakanbinatang sebagai alat transportasi. Di siberia sejak dahulu orang telahmenggunakan sapi, kerbau, keledai, dan gajah sebagai alat angkut. Asia Utaradan Kanada Utara, rusa Reider dan anjing menjadi binatang transpotasi yangpenting. Untuk mengangkut barang menggunakan alat yang disebut Travois dan alatseret (sledge)
Pakaian
Pekaian merupakan benda budaya yang sangat pentingbagaimana tingkat kebudayaan masyarakat tercermin dari cara pemilihan danmengenakan pakaian. Pada masyarakat tradisional cara berpakaian msih sangatsederhana. Dari bahan mentahnya, pekaian terbuat dari daun-daunan, sepertidiikat dan dicelup. Ditinjau dari fungsinya, pakaian tradisional dibagi menjadi4 (empat) macam, yaitu :
1) Alat untuk melindungi tubuh dari pengaruhalam (panas dan dingin)
2) Lambang keunggulan
3) Simbo yang dianggap suci
4) Sebagai perhiasan
Pada masysarakat modern, fungsi pakaian sudahlebih komplek dan bervariasi. Selain keempat fungsi tersebut, pakaian merupakansimbol dan status sosial budaya.
Sumber:
www.kidnesia.com
http://id.shvoong.com
http://epwisata.wordpress.com
http://forum.detik.com
http://liburan.info
http://epwisata.wordpress.com
http://forum.detik.com
http://liburan.info
Silahkan salin/pasang embed link di bawah ini bila Anda ingin memasangnya di situs yang Anda inginkan:
This is very interesting, You are a very skilled blogger.
BalasHapusI've joined your rss feed and look forward to seeking more of your great post. Also, I have shared your site in my social networks!
my homepage: top ten seo companies